Tukinem
dan Tas Kreseknya
Siang itu aku sedang berada
didepan rumah, saat itu aku melihat seorang wanita tua membawa sebuah tas
kresek yang mesti berada di sebelah tangan kanannya itu. Wanita tua itu sering
melintasi jalan raya depan rumahku, aku sering menyapanya dan sekali menyapa
disitu juga wanita tua itu malah marah-marah tidak jelas sama saya.
Orang-orang kampung saya sering
menyebut wanita tua itu orang gila yang tinggal disebuah gubuk pinggir jalan
raya. Karena wanita tua itu sering ngomong sendiri dan sering memakan apa saja
yang ada di sekelilingnya. Wanita tua itu berjalan-jalan di pinggir jalan dan
tidak lupa membawa tas kreseknya itu untuk mencari uang recehan, sekali dia
dikasih uang lembaran dia tidak mau menerimanya. Di pinggir jalan wanita tua
itu bertemu dengan seorang anak kecil, anak kecil ini bertanya kepada wanita
itu. Mbah namane sinten nggeh. “kata anak kecil itu” Wanita itu menjawab dengan
suara lirih. Tukinem “kata wanita tua itu” Anehnya Tukinem tidak marah-marah
sama anak kecil itu, mungkin Tukinem berfikir kalau anak kecil itu seperti
cucunya sendiri. Tapi kenapa kalau sama anak seusia ku mesti kena marah sama
Tukinem. Hmmm, penuh tanda Tanya besar ?
Setelah subuh aku meluangkan waktu untuk lari-lari pagi, tidak sengaja aku melintasi
gubuk yang didiami oleh Tukinem. Plaaak, di sekitar jalan raya banyak sebungkus
makanan yang beterbangan. Subhanallah “kataku, sambil menengok ke arah sebelah
kanan ingin tau apa yang di lakukan oleh Tukinem”. Tidak sengaja aku mendengar
Tukinem berbicara sendiri “neng ndi nok-nok, kok rag bali mrene”. Kata itu yang
diucapkan oleh Tukinem. Sambil
meninggalkan tempat Tukinem aku berlari-lari kecil menuju rumah.
Gerimis kecil-kecil, Tukinem tidak
lupa membawa Tas Kreseknya berjalan menuju ke sebuah warung. Dia hanya
mengambil sebungkus tempe, seperti biasa Tukinem membayar dengan uang
recehannya, Tukinem bertanya kepada penjualnya “regane piro”. Sambil memandangi
Tukinem penjual itu menjawab “sewu mbah”. Menyodongkan uang recehannya yang
sudah dia hitung, ternyata uangnya kurang dua ratus rupiah. Kurang rongatus
mbak “kata Tukinem lirih”. Nggeh mboten napa-napa mriki mbah “judes penjual”.
Tukinem tertawa kecil sambil memandangi penjual.
Menuju gubuknya, memasukkan tempe
itu kedalam tas kreseknya. Bersandar disebelah rumah dekat penjual bebek
goreng, sering Tukinem dan tas kreseknya sering berada disitu. Penjual bebek
goring itu keluar dan membawa sebungkus kerupuk, diberikan kepada Tukinem.
Tukinem memasukkannya k etas kreseknya itu dan kembali kegubuknya. Tidak sabar
Tukinem ingin segera memasaknya, sambil berjalan Tukinem sesekali mengambili
sebuah botol-botol bekas. Sesampai di gubuknya tas kreseknya itu penuh dengan
botol-botol bekas.
Setiap kali pergi Tukinem tidak
pernah lupa untuk membawa tas kreseknya tersebut. Berhari-hari Tukinem sering melakukan hal itu,
entah sampai kapan Tukinem akan setia dengan tas kreseknya itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar