Kring…kring…kring…
Terdengan bunyi telefon dari ruang kamar itu, setelah beberapa
detik pun bunyi itu mulai berhenti. Sepertinya tidak ada yang mendengarnya
kecuali aku, yah hanya aku seorang diri yang mendengarnya. Berjalan menuju
ruang kamar itu, aku intip lewat jendela kamar yang terbuka tirainya.
Sepertinya tidak ada orangnya, tapi gemercik dari kamar mandinya terdengar
sangat jelas.
Braaak…
Suara dari pintu depan. Ternyata hanya anak tikus yang jatuh dari atas genting itu, sangat
menjijikan tak sempat aku mengambilnya, melihatpun sudah terasa jijik. Masih
penasaran siapa yang ada di kamar mandi itu? Mungkinkah pemilik kamar ini.
Permisi, sedang apa anda berada disini.
Suara itu sedikit membuat aku kaget dan sedikit takut, ku tengok
kebelakang. Iya pak, saya sedang liat-liat kamar ini kok.
Hati-hati jangan kamu membuka pintu ini! “suara tegas”
Memang kenapa pak, aku hanya penasaran dengan ruangan kamar ini.
Misterius sekali!
Ikuti saja kataku! “pergi begitu saja tanpa meninggalkan satu
katapun.”
Terlihat cahaya yang begitu padam di selatan sana. Menengok dengan
tatapan tajam, ternyata sesosok wanita tua renta membawa obor yang amat besar.
Aku berjalan ke arahnya dan berkata padanya.
Sedang apa anda di sini. “menatap wanita itu”
Hanya diam saja.
Aku bingung siapa sebenarnya wanita ini, penuh kemisteriusan dan
sedikit menyeramkan. Hah cuek saja, anggap saja dia hanya nenek tua yang hendak
pergi mencari makan!
Sebaiknya aku kembali kerumah untuk malam ini, sudah begitu larut
aku berada di tempat sepi ini, tak terasa sudah jam 23.11, sebelum aku di cari
oleh ibuku aku akan segera pulang.
Tengak tengok, sepi seperti di hutan sunyi sekali. Hanya satu dua
sepeda motor dan mobil yang lewat, sedikit takut. Jarang aku keluar malam sampe
jam segini, terus berjalan.
Bruuk.
Deg…deg…deg
Jantungku berdetak kencang, kaget ternyata ibuku sudah terlebih
dahulu mencariku.
Kamu kemana saja nas, ibu bingung mencari-cari kamu dari tadi gak
ketemu. “kawatir”
Ma..ma…af bu, aku tadi abis liat rumah yang ada di seberang sana.
Kelihatannya bagus, tapi sayang sepi sepeerti tidak ada orangnya.
Huussh kamu itu ngapain sampe sana, sudah ayo pulang sudah larut
malam ini.
Ayam sudah mulai berkokok dan semua orang yang ada di kota itu
mulai beraktifitas seperti biasa, dan
aku juga harus menyiapkan sarapan untuk ibuku, kasian semalam sudah mencariku.
Anas… di mana kamu.
Kemercik dari kamar mandi, ku matikan air kran sejenak karena
mendengar suara ibu.
Iya bu, sedang mandi.
Ibu berjalan ke meja makan, terlihat sudah banyak makanan di sana.
Mungkin Anas yang memasaknya, duduk sambil menunggu anaknya itu selesai mandi.
Saatnya bekerja, aku mau mencari kerja bu. Ibu di rumah saja jaga
diri baik-baik. Sekarang giliran Anas yang bekerja.
Hati-hati kamu kalau mencari kerja yang pas sama ijazah kamu,
jangan aneh-aneh.
Siap bu ! “bersalaman”
Saat berjalan aku melewati rumah itu lagi, kenapa sampe sekarang
lampunya masih padam? Apa benar sudah tidak ada penghuninya lagi. Anas semakin
penasaran dan ingin melihat-lihat rumah itu, tapi Anas juga harus mencari kerja
dulu.
Saatnya pulang sudah hampir magrib, Anas berfikir untuk mengitari
rumah itu, tau aja dia bisa dapat informasi dari rumah itu.
Hey, sedang apa kau disana! “terdengar suara yang lantang dari
arah jalan”
Akupun menghampiri orang itu dan bertanya?
Pak, ini sebenarnya rumah siapa iya? Aku hanya pengen tau, karena
terlihat sangat asing sekali.
Tak perlu tau, ini rumah seorang wanita yang dulu bekerja d
pojokan gang itu. Dan sudah tidak ada orang yang menempati lagi, saya juga
tidak tau kemana wanita itu sekarang, karena sudah beberapa bulan tidak pernah
kembali.
Tapi pak, kenapa rumah ini selalu bersih dan lampunya padam terus.
Iya saya juga tidak tau nak, orang-orang bilang dia sudah
meninggal lama, di tinggal keluarganya juga. Mungkinkah dia gila atau sudah
meninggalpun saya tidak tau. Suatu saat pasti ada orang yang akan memberi tau
bapak kepala desa di mana wanita ini berada.
Oh, iya terima kasih pak informasinya sekarang aku sudah tau
semua, dan mungkin akan mencari tau siapa wanita ini sebenarnya biar jelas dan
gak ada yang terganggu lagi.
Ya hati-hati saja nak, semoga kamu bisa menemukannya. “pergi
meninggalkan Anas”
Anas terlihat bahagia saat pulang kerumah. Memeluk Ibunya, menyium
kening Ibunya.
Bu aku sudah tau semua tetang rumah yang semalam aku datangi itu.
Sudahlah nak, kamu itu buat apa mencari tau asal-usul rumah itu,
kan gak penting juga buat kamu.
Penting bu, buat penelitian ku bulan ini.
Terserah kamu aja lah nas.
Malam ini aku keluar lagi pergi ke rumah bapak kepala desa untuk
menanyakan rumah itu tadi.
Dok…dok..dok..
Assalamualaikum
Waalaikumsalam
Masuk kerumah kepala desa itu.
Ada apa dek, malam-malam kok ke sini.
Begini pak aku hanya ingin tau pasti saja tentang rumah sebelah
sana itu sebenarnya rumah siapa dan siapa penghuninya, soalnya aku sering
memandang rumah itu penasaran juga dengan rumah itu. Aku pengen membuat
penelitian tentang rumah itu, sepertinya bagus.
Iya itu rumah mbak Bella sebenarnya, mbak Bella ini seorang yang
cantik, baik hati, ramah, dan banyak yang suka dengannya. Tapi sayangnya…
Di potong begitu saja sama Anas. Tapi apa pak.
Tapi sayangnya dia di aniaya oleh preman-preman yang ada di daerah
kerjanya itu, preman itu bilang suka sama mbak Bella, tapi mbak Bellanya
menolak dengan mentah-mentah. Nah akhirnya mbak Bella meninggal di sana.
Mungkin rumah itu tidak berpenghuni, tapi arwah mbak Bella masih ada di sana.
Oh, iya benar kayaknya pak, soalnya rumah itu mesti terlihat rapi
dan bersih. Aku juga heran kenapa bisa seperti itu. Terima kasih ya pak atas
informasinya kali ini. Saya pamit dulu, maaf sudah mengganggu malam-malam.
Iya gak apa-apa, Bapak senang kok ada yang maen dan bisa bercerita
banyak di rumah Bapak, soalnya jarang lho remaja seperti adik ini mencari tau
hal yang seperti ini.
“tertawa kecil” iya pak, lain kali saya kesini lagi.
Sepulang dari rumah kepala desa itu aku berjalan pelan-pelan,dan
berfikir semoga ada hal yang menarik
lagi untuk bahan penelitianku.